Minggu,
09 Desember 2018
Tugas 8
Infrastruktur Keairan
Infrastruktur Keairan
1. BANGUNAN PENGATURAN SUNGAI
Di dalam perencanaan sungai terdapat berbagai macam pekerjaan sipil yang
dilaksanakan, antara lain pembangunan sistem pengamanan banjir, pembuatan
bangunan sadap untuk berbagai kebutuhan akan air,u saha-usaha pelestarian
alam dan lingkungan hidup,ataupun perbaikan alur sungai untuk mendukung
keamanan lalu lintas sungai. Pada umumnya perancangan bangunan sungai dilakukan
untuk menunjang kegiatan perencanaan persungaian, yang dibagi menjadi :
1. perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai,
2. perencanaan pemanfaatan air sungai,
3. perencanaan pengembangan wilayah,
4. perencanaan perbaikan dan pelestarian lingkungan sungai,
5. perencanaan lalu lintas sungai.
Yang dimaksud bangunan sungai adalah semuab angunan yang berkaitan dengan
kegiatan pengelolaan sungai, dapat terletak pada alur sungai, tebing
sungai,ataupun lembah sungai. Bangunan-bangunan sungai tersebut antara lain :
1. bendungan,
2. bendung,
3. tanggul,
4. parapet,
5. pelindung tebing,dan pengendali dasar, dan penahan sedimen,kantong
pasir,pangkal dan pilar jembatan, serta
krib sungai.
Pengelolaan sungai hampir selalu melibatkan masalah pembangunan
bangunan-bangunan sungai. Agar fungsi bangunan yang dibuat dapat sesuai dengan
tujuan pengelolaan sungai maka bangunan tersebut harus dirancang sebaik mungkin,
dengan memperhatikan aspek hidraulika. Perancangan bangunan sungai juga
ditujukan agar bangunan yang dipilih (jenis maupun dimensinya) betul-betul
merupakan bangunan yang tepat untuk
memenuhi sasaran kegunaannya, serta ekonomis.
Tujuan Pembuatan Bangunan Sungai
Suatu bangunan sungai dapat ditujukan untuk berfungsi
lebih dari satu macam, sebagai contoh, bangunan sungai berupa bendungan
dapat ditujukan untuk berfungsi sebagai :
1. pengendali banjir,
2. pembangkit listrik tenaga air,
3. irigasi,
4. perikanan,
5.serta pariwisata.
2. BANGUNAN PENGENDALI SEDIMEN
Usaha untuk memperlambat proses sedimentasi adalah dengan mengadakan
pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan gerakannya menuju bagian
sungai di sebelah hilir. Pekerjaan teknik sipil tersebut berupa pembangunan
bendung penahan (check dam ),
kantong lahar, bendung pengatur ( sabo dam ),bendung konsolidasi serta
pekerjaan normalisasi alur sungai dan pengendalian erosi di lereng-lereng
pegunungan.
1. Bendung Penahan ( check dam )
Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu yang berfungsi
memperlambat gerakan dan
berangsur-angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk menghadapi gaya-gaya
yang terdapat pada banjir lahar maka diperlukan bendung penahan yang cukup
kuat. Selain itu untuk menampung benturan batu-batu besar, maka mercu dan sayap
bendung harus dibuat dari beton atau pasangan yang cukup tebal dan dianjurkan
sama dengan diameter maksimum batu-batu yang diperkirakan akan melintasi.
Sangat sering runtuhnya bendung penahan disebabkan adanya kelemahan pada
sambungan konstruksinya, oleh sebab ini sambungan-sambungan harus dikerjakan
dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terdapat sedikit perbedaan perilaku gerakan sedimen, tetapi metode
pembuatan desain untuk pengendaliannya hampir sama, kecuali perbedaan pada
konstruksi sayap mercu serta ukuran pelimpah dan bahan tubuh bendung. Untuk
bendung pengendali gerakan sedimen secara fluvial yang bahannya berbutir halus,
mercunya dapat dibuat lebih tipis.
Bahan untuk tubuh beton selain beton dan pasangan batu dapat juga dari
kayu, bronjong kawat, atau tumpukan batu. Sedangkan untuk bendung penahan
gerakan massa biasanya digunakan beton dan pasangan batu. Tipe bendung yang
dipakai adalah tipe gravitasi yang lebih rendah dari 15 m.
2. Bendung Pengatur (sabo dam )
Di samping dapat pula menahan sebagian gerakan
sedimen, fungsi utama bendung pengatur adalah untuk mengatur jumlah sedimen
yang bergerak secara fluvial dalam kepekatan yang tinggi, sehingga jumlah
sedimen yang meluap ke hilir tidak berlebihan.
Dengan demikian besarnya sedimen yang masuk akan seimbang dengan kemampuan
daya angkut aliran air sungainya, sehingga sedimentasi pada daerah kipas
pengendapan dapat dihindarkan.
Pada sungai-sungai yang diperkirakan tidak akan terjadi banjir lahar,
tetapi banyak menghanyutkan sedimen dalam bentuk gerakan fluvial, maka bendung-
bendung pengatur dibangun berderet-deret di sebelah hulu daerah kipas
pengendapan. Untuk sungai-sungai yang berpotensi banjir lahar, maka
bendung-bendung ini dibangun di antara lokasi sistem pengendalian lahar dan
daerah kipas pengendapan.
Jika tanah pondasi terdiri dari batuan yang lunak, maka gerusan tersebut
dapat dicegah dengan pembuatan bendung anakan (sub dam). Kadang- kadang sebuah
bendung memerlukan beberapa buah sub-dam, sehingga dapat dicapai kelandaian
yang stabil pada dasar alur sungai di hilirnya. Stabilitas dasar alur sungai
tersebut dapat diketahui dari ukuran butiran sedimen, debit sungai dan daya
angkut sedimen, kemudian barulah jumlah sub-dam dapat ditetapkan. Selanjutnya
harus pula diketahui kedalaman gerusan di saat terjadi banjir besar dan
menetapkan jumlah sub-dam yang diperlukan, agar dapat dihindarkan terjadinya
keruntuhan bendung-bendung secara beruntun. Penentuan tempat kedudukan bendung,
biasanya didasarkan pada tujuan pembangunannya sebagaimana tertera di bawah
ini:
·
Untuk tujuan pencegahan
terjadinya sedimentasi yang mendadak dengan jurnlah yang sangat besar yang
dapat timbul akibat terjadinya tanah longsor, sedimen luruh, banjir lahar dan
lain- lain maka tempat kedudukan bendung haruslah diusahakan pada lokasi di
sebelah hilir dari daerah sumber sedimen yang labil tersebut, yaitu pada alur
sungai yang dalam, agar dasar sungai naik dengan adanya bendung tersebut.
·
Untuk tujuan pencegahan
terjadinya penurunan dasar sungai, tempat kedudukan bendung haruslah sebelah
hilir dari diusahakan penempatannya di ruas sungai tersebut. Apabila ruas
sungai tersebut cukup panjang, maka diperlukan beberapa buah bendung yang
dibangun secara berurutan membentuk terap-terap sedemikian, sehingga pondasi
bendung yang lebih hulu dapat tertimbun oleh tumpukan sedimen yang tertahan
oleh bendung di hilirnya.
·
Untuk tujuan memperoleh kapasitas
tampung yang besar, maka tempat kedudukan bendung supaya diusahakan pada lokasi
di sebelah hilir ruas sungai yang lebar sehingga dapat terbentuk semacam kantong.
Kadang-kadang bendung ditempatkan pada sungai utama di sebelah hilir muara
anak-anak sungai yang biasanya berupa sungai arus deras (torrent ) dapat berfungsi
sebagai bendung untuk penahan sedimen baik dari sungai utama maupun dari anak-
anak sungainya.
3. BENDUNG KONSOLIDASI
Peningkatan agradasi dasar sungai di daerah kipas
pengendapan dapat dikendalikan dan dengan demikian alur sungai di daerah ini
tidak mudah berpindah-pindah. Guna lebih memantapkan serta mencegah terjadinya
degradasi alur sungai di daerah kipas pengendapan ini, maka dibangun
bendung-bendung konsolidasi (consolidation dam). Jadi bendung konsolidasi tidak
berfungsi untuk menahan atau menampung sedimen yang berlebihan.
Apabila elevasi dasar sungai telah dimanfaatkan oleh adanya bendung-bendung
konsolidasi, maka degradasi dasar sungai yang diakibatkan oleh gerusan dapat
dicegah. Dengan demikian dapat dicegah pula keruntuhan bangunan perkuatan
lereng yang ada pada bagian sungai tersebut. Selanjutnya bendung-bendung
konsolidasi dapat pula mengekang pergeseran alur sugai dan dapat mencegah
terjadinya gosong pasir. Tempat kedudukan bendung konsolidasi ditentukan berdasarkan
tujuan pembuatannya dengan persyaratan sebagai berikut:
·
Untuk tujuan pencegahan degradasi
dasar sungai, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan pada ruas sungai yang
dasarnya selalu menurun. Jarak antara masing-masing bendung didasarkan pertimbangan
kemiringan sungai yang stabil.
·
Apabila terdapat anak sungai,
mesti dipertimbangkan penempatan bendung-bendung konsolidasi pada lokasi yang
terletak di sebelah hilir muara anak sungai tersebut.
·
Untuk tujuan pencegahan gerusan
pada lapisan tanah pondasi suatu bangunan sungai, bendung-bendung konsolidasi
ditempatkan di sebelah hilir bangunan tersebut.
·
Untuk menghindarkan tergerus dan
jebolnya tanggul pada sungai-sungai arus deras serta mencegah keruntuhan lereng
dan tanah longsor, bendung-bendung konsolidasi ditempatkan langsung pada
kaki-kaki tanggul, kaki lereng dan kaki tebing bukit yang akan diamankan.
·
Apabila pembangunan sederetan
bendung- bendung konsolidasi dikombinasikan dengan perkuatan tebing, jarak
antara masing-masing bendung yang berdekatan
supaya diarnbil 1,5 – 2,0 kali lebar sungai
1.
Kantong Lahar
2.
Bahan-bahan endapan hasil letusan
gunung berapi atau hasil pelapukan batuan lapisan atas permukaan tanah yang
oleh pengaruh air hujan bergerak turun dari lereng-lereng gunung berapi atau
pegunungan memasuki bagian hulu alur sungai arus deras. Oleh aliran air sungai
arus deras ini bahan-bahan endapan ini bergerak turun baik secara massa maupun
secarafluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki bagian sungai di sebelah
hilirnya.
Suplai sedimen yang berlebihan akan menimbulkan penyempitan penampang
sungai dan kapasitas alirannya akan mengecil. Di waktu banjir, maka aliran banjir
yang melalui ruas-ruas yang sempit akan meluap dan menyebabkan terjadinya
banjir yang merugikan. Salah satu usaha yang dilaksanakan dalam rangka mengurangi
suplai sedimen ini adalah menampungnya baik untuk selama mungkin atau untuk
sementara pada ruangan-ruangan yang dibangun khusus yang disebut kantong lahar.
Dalam rangka pengendalian banjir lahar, kantong lahar ini merupakan salah satu komponen
sistem pengendalian banjir lahar. Di saat terjadinya banjir lahar, bahan-bahan
yang berukuran besar diharapkan dapat tertahan pada deretan bendung penahan,
sedangkan kantong-kantong lahar
diharapkan dapat berfungsi menahan dan menampung bahan-bahan berbutir lebih
halus (pasirdan kerikil), Dengan demikian suplai sedimen ke bagian hilirnya
akan dapat dikurangi, hingga pada tingkat yang seimbang dengan kemampuan daya angkut
aliran sungai sampai muaranya.
Selanjutnya pada daerah gunung berapi yang masih aktif,
suplai sedimen akan berlangsung secara terus- menerus tanpa berakhir. Dalam
keadaan demikian deretan bendung-bendung penahan dan bendung- bendung pengatur
tidak akan mampu menampung suplai sedimen yang terus-menerus tanpa berakhir, maka
kantong-kantong lahar akan sangat berperanan guna menahan masuknya sedimen yang
berlebihan ke dalam alur sungai, khususnya ke dalam alur sungai-sungai di
daerah kipas pengendapan. Guna meningkatkan fungsi kantong-kantong lahar
biasanya diusahakan supaya kantong senantiasa dalam keadaan kosong, yaitu
menggali endapan yang sudah masuk ke dalamnya. Hasil galiannya biasanya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan, yang kualitasnya cukup baik , Pada gunung berapi yang masih
aktif dengan periode letusan yang panjang, diperlukan adanya kantong yang cukup
besar, jika perlu dengan membebaskan tanah-tanah yang akan digunakan sebagai
kantong secara permanen. Pada
saat aliran lahar terhenti dan sambil menunggu periode letusan selanjutnya,
kantong dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian.
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan
ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan
utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
1. Bendung
2. Pengambilan bebas
3. Pengambilan dari waduk
4. Stasiun pompa
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang
sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi
muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai elevasi tertentu yang
dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke
tempat-tempat yang memerlukannya. Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya
adalah (1) bendung tetap (weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung
karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan
bangunan pengelak, peredam energi,bangunan pengambilan, bangunan pembilas,
kantong lumpur dan tanggul banjir.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap air
sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan
bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan
tinggi muka air disungai. Untuk dapat mengalirkan air secara gravitasi, muka
air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.
c. Pengambilan dari waduk
Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi kelebihan air
dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya, waduk dapat
bersifat eka guna dan multi guna. Pada umumnya waduk dibangun memiliki banyak
kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata,
dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada
bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi pemberian
air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.
d. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan
air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik dari segi teknis
maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa
adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi
yang sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar