Senin, 15 Juli 2019

Tugas VIII REKLANTAS


Mampu memahami dan mahir menghitung traffic signal

 Untuk mencapai tujuan tersebut, APILL harus dirancang dan dioperasikan dengan
benar supaya tidak menimbulkan:
1. Terjadinya kelambatan (delay) yang tidak perlu
2. Pelanggaran pengemudi di simpang ber APILL akibat dari delay yang tidak perlu
tersebut
3. Meningkatnya kecelakaan di simpang, khususnya rear end collision
4. Kapasitas simpang menjadi berkurang akibat dari meningkatnya rasio antara
waktu siklus dengan waktu hijau dikarenakan bertambahnya fase lampu lalu
lintas
5. Antrian menjadi panjang sehingga memboroskan bahan bakar dan
meningkatkan polusi dan kebisingan
 Beberapa jenis kontrol dengan lampu lalu lintas:
1. Terisolasi dan terkoordinasi
2. Sistem waktu tetap (fixed-time system) dan sistem waktu yang mempunyai
respon terhadap lalu lintas (responsive system) 3
MZI – Teknik Lalu Lintas : Simpang ber-APILL
 Contoh simpang terkoordinasi (video)
4
MZI – Teknik Lalu Lintas : Simpang ber-APILL
 Keuntungan simpang ber APILL:
1. Luas lahan yang diperlukan minimal karena tidak memerlukan luas pandang
yang besar dan tata letaknya tidak memerlukan lahan yang luas (bandingkan
dengan bundaran atau simpang dengan beda elevasi)
2. Biaya relatif murah
3. Fleksibel, bisa diubah-ubah tergantung jumlah arus
 Kerugian simpang ber APILL:
1. Jika arusnya kecil, tundaan lebih besar dan probabilitas terjadinya kecelakaan
juga besar karena akan banyak yang melanggar

 Hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk memutuskan apakah suatu simpang
perlu APILL atau tidak:
1. Jumlah/volume kendaraan
2. Kecepatan kendaraan
3. Jumlah pejalan kaki dan penyeberang jalan
4. Pertimbangan alternatif lain(simpang prioritas, simpang tak sebidang, bundaran,
dll.)
5. Kemungkinan koordinasi dengan lampu lalu lintas yang lain
5
MZI – Teknik Lalu Lintas : Simpang ber-APILL
 Ketika suatu simpang sudah diputuskan menggunakan suatu APILL, maka
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan adalah:
1. Lajur membelok sebaiknya dibuat terpisah dari lajur terus, supaya tidak saling
menghambat
2. Bila lebar jalan di lengan-lengan simpang lebih dari 10 m, maka harus
menggunakan median jalan untuk mengatur manuver arus dan memudahkan
pejalan kaki menyeberang
6
MZI – Teknik Lalu Lintas : Simpang ber-APILL
3. Marka penyeberangan pejalan kaki
sebaiknya ditempatkan 3 – 4 meter
dari garus lurus perkerasan
4. Pemberhentian bus sebaiknya
diletakkan setelah simpang, yaitu di
tempat keluar dan bukan di tempat
pendekat.

Tugas VI-VII REKLANTAS

Mampu memahami dan menganalisa permasalahan lalu lintas

Permasalahan transportasi di Indonesia, terutama lalu lintas darat sangat beragam. Permasalahan lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk melakukan pemecahan permasalahan transportasi sehingga mengakibatkan permasalahan menjadi bertambah parah dengan berjalannya waktu. Banyaknya permasalahan lalu lintas, harusnya mengugah kita untuk sadar dan membenahi sistem transportasi yang ada. Untuk bisa memecahkan permasalahan lalu lintas perlu diambil langkah-langkah yang berani atas dasar kajian dan langkah-langkah yang pernah dilakukan dikota-kota lain. Permasalahan lalu lintas yang ada antara lain :

1.    Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi

Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi antara 8 sampai 13 persen setahun yang pada gilirannya digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan menjadi semakin berat. Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar sudah mencapai angka 300 an kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini didominasi oleh sepeda motor  hampir sebesar 80 persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini pada gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup serius dengan seringnya dilakukan pelanggaran parkir.

2.    Tidak memadainya pelayanan angkutan umum


Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk tidk menggunakan angkutan umum dan lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasinya. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah khususnya dikawasan perkotaan diantaranya adalah:

Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi, khususnya pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi kebutuhan sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan operasi operator menterlantarkan kualitas pelayanan,

Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota pelayanan angkutan pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan umum ukuran kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada kisaran 10 orang.

3.    Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai


4.    Jadwal yang tidak teratur


Permasalahan yang dihadapi yaitu Fasilitas perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak dilengkapi dengan informasi jaringan angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, tidak dilengkapi dengan jadwal.

5.     Kemacetan lalu lintas


Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai dengan menurunnya kecepatan perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan merupakan permasalahan yang umum terjadi dan banyak terjadi di kota-kota besar yang pada gilirannya mengakibatkan kota menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit.

Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia kota-kota di Indonesia mempunyai ratio infrastruktur transportasi dengan luas lahan yang cenderung rendah, sebagai contoh, Jakarta hanya memiliki ratio sebesar 6 persen sedangkan kota-kota di Amerika Utara berkisar diantara 25-35 persen di Eropah berkisar antara 15 persen sampai 25 persen. Padahal jumlah kendaraan per kapita juga sudah sangat tinggi sehingga kemacetan merupakan salah satu permasalahan di kota-kota besar Indonesia.

6.    Kurangnya jaringan jalan untuk kendaraan


Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memiliki konsep jaringan yang memadai yang mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga beban jala-jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini diperparah dengan jumlah kendaraan yang sangat tinggi, sebagai contoh Panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta hanya mencapai 1,17 m, sehingga kalau kendaraan disusun bumper to bumper tidak akan mencukupi panjang jalan yang ada DKI Jakarta, dan kalau kita menggunakan kriteria lainnya yaitu panjang jalan per kapita hanya 0,88 m, angka yang kecil kalau dibandingkan dengan kota-kota lain didunia (kota-kota di Eropah berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika Utara berkisar 5 m/kapita).

7.    Kurangnya jaringan jalan bagi pejalan kaki


Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang cukup oleh pemerintah daerah, dan kalaupun fasilitas pejalan kaki tersedia tidak didukung dengan standar desain yang baik sehingga tidak bisa digunakan oleh penderita cacat baik yang menggunakan kursi roda maupun yang penderita yang buta. Keadaan ini diperparah lagi oleh pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar ataupun digunakan untuk kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait dengan pejalan kaki adalah kurangnya fasilitas penyeberangan yang dikendalikan didaerah pusat kota, ataupun ketidak patuhan pemakai kendaraan bermotor untuk tiodak memberikan perioritas terhadap pejalan kaki.

8.     Tata Ruang yang tidak terkendali


Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan, diantaranya jalan yang tidak teratur terutama dikawasan pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang yang ada sedemikian sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran sulit untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.

9.    Pelanggaran ketentuan lalu lintas


Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah memprihatikan dari tahun ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan peningkatan kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal ataupun luka-luka yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak tertiban juga akan mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan menurukan kecepatan perjalanan. Untuk meningkatkan ketertiban masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran yang dilakukan masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan oleh petugas. Pengamatan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat:

a.       Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah tidak ada batasan kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama menjadi masalah pada jalan yang lalu lintas sedang sepi

b.      Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan lampu lalu lintas khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran terutama tinggi dilakukan oleh pengendara sepeda motor, pengemudi angkutan umum khususnya angkot. Pelanggaran lain yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap masuk persimpangan pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu lintas didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas yang mendapatkan lampu hijau dan akhirnya persimpangan akan terkunci.

Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau bundaran lalu lintas, pelanggaran ini pada gilirannya mengakibatkan persimpangan terkunci. Memang pengertian masyarakat tentang hak menggunakan persimpangan masih sangat rendah terutama pada persimpangan yang dilengkapi dengan rambu beri kesempatan ataupun rambu stop.

Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan berjalan menggunakan jalur lawan pada jalan-jalan yang dipisah dengan median ataupun jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama dilakukan oleh pengguna sepeda motor.

Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus bus yang lebih dikenal sebagai Busway.

Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm dan sabuk keselamatan yang cenderung masih tinggi terutama di kawasan pinggiran kota.

10.     Kecelakaan lalu lintas


Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asean. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah:

·         Jaringan pelayanan yang tidak memadai


·         Integrasi pelayanan yang menyangkat integrasi phisik/tempat perpindahan, jadwal dan tiketing yang belum optimal


·         Subsidi angkutan umum tidak dikelola dengan baik

11. Manajemen lalu lintas yang tidak optimal


Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka kecelakaan yang tinggi menjadi lebih parah kalau tidak didukung dengan manajemen lalu lintas untuk mengurangi angka kecelakaan, mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan, meningkatkan efisiensi sistem transportasi.

12.  Pencemaran lingkungan


Salah satu dampak negatip sebagai akibat performansi lalu lintas yang jelek, bahan bakar yang buruk serta tehnologi kendaraan yang sudah ketinggalan akan mengakibatkan pecemaran lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:

Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas CO, HC, NOx, Benzen dan berbagai gas lainnya serta berbagai partikel seperti senyawa karbon lepas, timbal dan berbagai partikel lainnya.

Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu terjadinya perubahan iklim. Peran Gas rumah kaca dari sektor transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20 persen yang merupakan angka yang tidak kecil.

Tugas V Menganalisis kecepatan, kepadatan, arus lalu lintas

PENDAHULUAN
Masalah transportasi merupakan masalah yang
selalu dihadapi oleh negara-negara
berkembang seperti Indonesia, baik di bidang
transportasi perkotaan (urban transportation)
maupun transportasi antar kota (rural
transportation). Terciptanya suatu sistem
transportasi yang menjamin pergerakan
manusia, kendaraan atau barang secara lancar,
aman, cepat, murah, nyaman dan sesuai
dengan lingkungan sudah merupakan tujuan
pembangunan dalam berbagai sektor.
Adanya peningkatan volume lalu lintas akan
menyebabkan berubahnya perilaku lalu lintas.
Secara teoritis terdapat hubungan yang
mendasar antara volume (flow) dengan
kecepatan (speed) serta kepadatan (density).
Hubungan tersebut dipakai sebagai pedoman
untuk menentukan nilai matematis dari
kapasitas jalan untuk kondisi ideal, serta dapat
dipakai sebagai dasar dalam penerapan
manajemen lalu lintas (traffic management)
yang lebih sesuai (Suteja,1999).
Analisis jalan pada penelitian ini diambil pada
ruas jalan di depan Pasar Gamping, tepatnya di
Jalan Wates km 5 yang memiliki peranan
cukup penting, yaitu sebagai akses
penghubung wilayah DIY dan Jawa Tengah.
Tata guna lahan di sepanjang jalan ini adalah
area pertokoan dan pasar yang merupakan
pusat keramaian. Dengan kondisi lahan seperti
ini mengakibatkan volume lalu lintas yang
lewat cukup tinggi dengan komposisi
kendaraan beragam, sehingga kepadatan arus
lalu lintas pada jam-jam puncak menyebabkan
kemacetan di ruas-ruas jalan utama, ditambah
lagi rendahnya kedisiplinan pengendara baik
kendaraan umum maupun kendaraan pribadi
ikut memperburuk kinerja ruas jalan tersebut.
Untuk itu pada penelitian ini akan dianalisis
volume, kecepatan dan kepadatan lalu lintas
dengan metode Greenshields dan metode
Grennberg dengan berpedoman pada Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada ruas jalan
Wates - Yogyakarta Km 5, tepatnya di depan
Pasar Gamping, Kabupaten Sleman yang
merupakan jalur utama wilayah DIY dan Jawa
Tengah. Secara umum kondisi geometrik jalan
relatif baik, yaitu terletak pada jalan datar dan
lurus. Pada jalan Wates – Yogyakarta km 5
tersebut kondisi lingkungan sekitar adalah
pasar dan pertokoan.
Alat Penelitian
1. Alat pengukur geometrik jalan
a. Formulir survai, digunakan untuk
mencatat data geometrik jalan.
b. Meteran, digunakan untuk mengukur
geometrik jalan.
2. Alat pengukur jumlah kendaraan
c. Formulir survai, digunakan untuk
mencatat jumlah dan jenis kendaraan.
d. Tally counter, digunakan untuk
menghitung jumlah kendaraan.
e. Meteran, digunakan untuk penunjuk
waktu saat mulai dan berakhirnya
waktu penelitian.
3. Alat pengukur kecepatan
a. Formulir survai, digunakan untuk
mencatat kecepatan dan jenis
kendaraan.
b. Meteran, digunakan untuk penunjuk
waktu saat mulai dan berakhirnya
waktu penelitian.
c. Stop watch, digunakan untuk
menghitung waktu tempuh kendaraan.
4. Seperangkat komputer untuk memproses
dan menganalisis data.
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian pada ruas jalan
ditampilkan pada Gambar 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Geometrik Ruas Jalan
Dari pengamatan secara visual pada ruas Jalan
Wates km 5 di depan Pasar Gamping
diperoleh data sebagai berikut:
a. Jalan Wates km 5 merupakan jalan
perkotaan.
b. Terdapat median.
c. Tipe arus lalu lintas dua arah dengan
empat lajur terbagi (4/2 UD)
Hasil pengukuran geometrik jalan ditampilkan
pada Tabel 1.
TABEL 1. Data geometrik Jalan Wates km 5 di depan
Pasar Gamping
Keterangan Data Nilai
Panjang jalan yang diamati 300 m
Lebar jalur (Timur-Barat) 2 x 3 m
Lebar jalur (Barat-Timur) 2 x 3,5 m
Lebar bahu 0,4 m
Lebar perkerasan 13 m

Kecepatan
Hasil pengukuran kecepatan ditampilkan pada
Gambar 2. Kecepatan kendaraan pada saat
pengamatan mempunyai kecepatan maksimum
sebesar 34,29 km/jam yang terjadi pada jam
10.30 – 11.30 WIB untuk arah Timur-Barat
dan 37,84 km/jam terjadi pada jam 11.30 –
12.30 WIB arah Barat-Timur. Kecepatan
minimum terjadi pada jam 8.30-9.30 WIB
sebesar 26,32 km/jam untuk arah Timur-Barat
dan untuk arah Barat-Timur sebesar 27,22
km/jam terjadi pada jam 7.30-8.30 WIB.
Volume
Hasil pengukuran volume ditampilkan pada
Gambar 3. Nilai volume maksimum untuk
arah ke Timur sebesar 1548,55 smp/jam yang
terjadi pada jam 07.30-08.30 dan volume rata￾ratanya sebesar 1111,01 smp/jam. Untuk arah
ke Barat volume maksimumnya sebesar
1127,65 smp/jam yang terjadi pada jam 09.30-
10.30 dan volume rata-ratanya sebesar
1029,16 smp/jam.
Kepadatan
Nilai kepadatan selengkapnya dapat dilihat
pada Gambar 4
Kapasitas
Nilai kapasitas ruas jalan ditampilkan pada
Tabel 2.
Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan
Kepadatan dengan Metode Greenshields
Hubungan antara volume, kecepatan dan
kepadatan dengan metode Greenshields
ditampilkan pada Tabel 3 dan Gambar 5
sampai dengan Gambar 10.
Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan
Kepadatan dengan Metode Greenberg
Hubungan antara kecepatan, volume dan
kepadatan arah Timur - Barat ditampilkan
pada Tabel 4 dan Tabel 5, serta Gambar
Gambar 11 sampai dengan Gambar 13.

KESIMPULAN
Tingkat pelayanan di Jalan Wates km 5,
tepatnya di depan Pasar Gamping masih B. Hal
ini berarti kapasitas ruas jalan ke arah Timur
dan ke arah Barat masih mampu menampung
arus lalu lintas dengan lancar.

Tugas VIII REKLANTAS

Mampu memahami dan mahir menghitung traffic signal  Untuk mencapai tujuan tersebut, APILL harus dirancang dan dioperasikan dengan benar ...